VAKSIN DAN VAKSINASI COVID-19 DI INDONESIA

VAKSIN DAN VAKSINASI COVID-19 DI INDONESIA

Oleh: Edie Haryoto

Selamat Pagi. Insya Allah semua sehat.

Di beberapa WAG terutama WAG yang anggotanya banyak melek literasi, sedang ramai dibahas soal vaksinasi, khususnya untuk vaksinasi di Indonesia. Pembahasan menjadi debat. Bagus lah agar otak terus bekerja. Asal tidak esmosi dan melebar kemana-mana.

Dari tangkapan beberapa sumber (a.l https://insight.kontan.co.id/news/seperti-ini-pasokan-vaksin-covid-19-yang-sudah-diperoleh-pemerintah) Indonesia sudah memastikan mendapat pasokan 329 juta vaksin dari: Sinovac (125 juta), Novavax (50 juta), Covax/GAVI (54 juta), Astra Zenega (50 juta), Pfizer (50 juta) serta pesanan potensial sebanyak 334 juta. Sedangkan kebutuhan vaksin Indonesia adalah 426.8 juta dosis (dua kali vaksinasi, termasuk wastage rate 15 persen)

Sebagian (besar) pesimis dengan target selesai vaksinasi dalam  1-2 tahun, karena beberapa alasan yang sangat shahih sbb:

  1. Dalam minggu-minggu ini realisasi vaksinasi hanya dalam kisaran 60.000-80.000 per hari. Sehingga hanya 22-30 juta per tahun. Jadi perlu waktu lebih dari 10 tahun donk. Referensi dari Bloomberg mengacu dari data realisasi ini juga
  2. Benar pesanan di Indonesia sudah terkonfirmasi, tetapi apakah benar pabrikan vaksin bisa memenuhinya? Ditengah kebutuhan dan perebutan vaksin saat ini
  3. Berdasar perhitungan bahwa demand vaksin jauh lebih besar dibanding suplai, ada distorsi pasar. Dalam pasar sempurna akan menaikkan harga. Ini tidak terjadi untuk vaksin Covid-19, karena adanya invisible hand seperti: kemanusiaan, tekanan publik dsb. Distorsi pasar berakibat pada rebutan suplai karena scarcity . Mendapatkan vaksin menjadi adu kuat. Negara yang memproduksi vaksin seperti USA, UK, Rusia, China tentu lebih diuntungkan karena dapat memaksa pabrikan untuk memenuhi kebutuhan negaranya sendiri terlebih dahulu. Bahkan negara maju yang bukan produsen vaksin seperti Italy dan Spain saja sampai menuntut Astra Zeneca karena cedera janji. Besar kemungkinan karena kalah prioritas dengan negara dimana pabrik vaksin tersebut berada yakni UK. Untuk mengatasi kemungkinan persaingan yang tidak fair ini WHO mengambil langkah kerjasama pengembangan dengan aliansi vaksin dunia GAVI dengan produksi vaksin Covax. Kerjasama yang intinya akan mengalokasikan vaksin untuk negara-negara yang jika tidak dibantu dengan skema WHO pasti akan kalah dalam perebutan vaksin. Dari perhitungan produksi vaksin, distribusi vaksin, persaingan, skema GAVI dsb Indonesia diperkirakan juga perlu lebih dari 10 tahun untuk vaksinasi populasinya
  4. Dari perhitungan kondisi di Indonesia dengan jumlah vaksinator yang terbatas, fasilitas yg kurang, data yang amburadul dsb maka lagi-lagi diperkirakan bahwa vaksinasi di Indonesia akan jauh lebih lama daripada yang direncanakan pemerintah

Nah, semua pertimbangan itu sah dan masuk akal

Tetapi saya tidak termasuk golongan ini walau pendapat itu sudah berdasarkan perhitungan yang teliti, data yang valid dan analisi yang masuk akal. Sementara pendapat saya justru tanpa data dan hanya bermodal optimisme dan berfikir positif. Juga agar menambah imun tubuh saya juga sih hee heee.

Pertimbangan saya adalah sbb:

  1. Jika over demand demikian besar tentu merupakan bisnis besar untuk pabrik-pabrik vaksin seperti: Sinovac, Pfizer, Moderna, Astra Zeneca, Sinopharma, Sputnik dsb. Sudah pasti mereka akan terus meningkatkan kapasitas produksinya sampai equilibrium dan saya kira peningkatan produksi akan sangat cepat karena kompetisi dan penambahan alat produksi yang pada dasarnya tidak terlampau sulit setelah teknologinya sudah diketahui dan sudah dilaksanakan
  2. Skema GAVI yang Indonesia akan mendapat 54 juta vaksin pasti akan meningkat pula sejalan dengan produksi vaksin yang meningkat serta semakin banyak populasi yang divaksin
  3. Perkembangan vaksin sangat cepat karena sangat fokus untuk meningkatkan efikasi dan efektivitas vaksin. Diberitakan antara lain, sedang diteliti adanya vaksin dengan pemberian secara oral, tidak dengan injeksi. Bayangkan kalau vaksin secara oral, maka tidak diperlukan vaksinator sehingga jutaan vaksinasi dapat dilakukan dalam satu hari. Bahkan mungkin saja ditemukan obat/serum untuk Covid-19 sehingga mengurangi kebutuhan vaksin lha wong kalau kena Covid-19 sudah ada obatnya koq
  4. Indonesia tidak mungkin tidak menambah vaksinatornya. Sudah sangat pasti vaksinator akan bertambah. Tambahan vaksinator tidak sulit dan tidak perlu waktu lama. Sementara tempat vaksinasi dengan sangat mudah bisa ditambah
  5. Pada waktunya setelah ditemukan skema yang adil antara penerima vaksin di Indonesia, antara yang menginginkan vaksin mandiri karena memiliki kemampuan dan akses vaksin, dengan kelompok yang hanya mampu mengandalkan vaksin gratis dari pemerintah, maka akan terjadi percepatan vaksinasi karena dapat berbarengan antara vaksinasi oleh pemerintah dan oleh swasta
  6. Indonesia sedang mengembangkan vaksin sendiri dengan nama Vaksin Merah Putih. Jika sudah selesai, teruji dan dapat digunakan maka suplai vaksin untuk Indonesia jelas jauh lebih terjamin

 

Nah, kalau sependapat dengan saya, maka tenang-tenang saja lah. Optimis. Menambah imun. Sekaligus tidak memroduksi hoax. Mudah-mudah penentu kebijakan vaksinasi juga tidak bingung dan juga optimis. Tetap fokus meningkatkan vaksinasi dan tidak terpengaruh oleh banyak pendapat yang kadang karena ada kepentingannya. Dan jangan lupa tetap jaga prokes
Salam Sehat

Leave a Comment