INDONESIA TELAH MEMASUKI GELOMBANG DUA PANDEMI COVID-19. PERLU PENINGKATAN PENGAMBILAN SPESIMEN DAN MENURUNKAN RASIO POSITIF DIBANDING SPESIMEN

INDONESIA TELAH MEMASUKI GELOMBANG DUA PANDEMI COVID-19. PERLU PENINGKATAN PENGAMBILAN SPESIMEN DAN MENURUNKAN RASIO POSITIF DIBANDING SPESIMEN

Oleh: PH&H, Public Policy Interest Group

 

Dari statistik angka pandemi Covid-19 di Indonesia sejatinya telah menurun hingga awal  Bulan Mei 2021, namun demikian sejak Lebaran pertengahan Mei angka-angka positif terpapar Covid-19 meningkat dengan sangat cepat.

A. SAMPAI DENGAN MEDIO MEI 2021 ANGKA POSITIF COVID-19 TELAH MENUNJUKKAN PERKEMBANGAN BAIK AKAN TETAPI MEMBURUK SEJAK PERTENGAHAN MEI-AWAL JUNI HINGGA SAAT INI (AWAL JULI)

Tabel #1 Rata-rata spesimen harian dan angka positif harian serta rasionya selama Bulan Januari-Juni 2021 dan tanggal 8 Juli saat paper ini ditulis

Dari Tabel # 1 di atas dapat disimpulkan bahwa:

  • Dengan jumlah spesimen harian yang rata-rata 55.000-65.000 per hari rata-rata harian orang yang positif Covid-19 terus menurun dari 10.810 per hari pada Bulan Januari telah menjadi 4.946 pada bulan Mei atau kurang dari 50 persennya dalam lima bulan. Penurunan yang amat signifikan
  • Namun demikian semenjak Bulan Juni, dua minggu setelah Lebaran pada tanggal 13 Mei angka positif melonjak menjadi 11.816 yang berarti lebih tinggi dibanding Bulan Januari 2021. Memang juga terjadi kenaikan pengambilan spesimen satu setengah kali dibanding bulan-bulan sebelumnya karena kenaikan angka positif tentu juga berkorelasi dengan jumlah spesimen
  • Tak pelak lagi bahwa Indonesia memasuki Gelombang II pandemi Covid-19 dan bahkan sudah melampaui puncak Gelombang I pada Januari 2021

B. RASIO ANTARA POSITIF DENGAN JUMLAH SPESIMEN (RPS) MENINGKAT DENGAN PESAT

Dalam paper ini rasio antara angka jumlah orang yang positif dengan jumlah spesimen tidak disebut dengan positivity rate karena istilah tersebut banyak menimbulkan interpretasi yang berbeda, antara lain:

  • Seharusnya yang dihitung hanya Test PCR dan TSM saja, Test Antigen tidak dihitung apalagi genose dan serologi antibody karena yang diyakini akurat hanya PCR dan TSM
  • Seharusnya yang dihitung berdasar orang bukan spesimen karena bisa terjadi satu orang diperiksa berkali-berkali dan dihitung terus
  • Sebaiknya tetap berdasar spesimen karena jika hanya PCR dan TCM yang dihitung padahal sering terjadi orang test Antigen dahulu jika positif baru PCR dan TCM sehingga kemungkinan besar hasilnya juga positif. Sedangkan jika menghitung dari jumlah orang di samping sulit mendatanya juga hasilnya pasti hanya 0 persen, 50 persen atau 100 persen.Dengan demikian angka mutlak spesimen yang diambil justru lebih baik

Sebagai contoh adalah angka-angka pada tanggal 8 Juli 2021 yang dapat sangat berbeda jika menggunakan angka PCR dan TSM saja, PCR, TSM dan Antigen, serta jika hanya melihat dari orang yang diperiksa, sebagai berikut:

  • Jumlah Spesimen PCR dan TSM : 133.579
  • Jumlah Test Antigen 65,564, sehingga PCR, TSM dan Antigen = 199.143
  • Jumlah PCR da TSM berdasar orang 86.792
  • Jumlah Test Antigen berdasar orang 55.165. sehingga jumlah test PCR, TSM dan Antigen berdasar orang yang diperiksa = 141.957

Karena angka-angka tersebut merupakan bilangan penyebut sedangkan angka pembilangnya adalah angka jumlah positif, maka positivity rate dapat sangat berbeda antara satu dan lainnya

Pada tulisan ini yang dipakai adalah Rasio Positif dengan Spesimen (RPS) bukan positivity rate. Rasio ini dipakai untuk menganalisis kenaikan jumlah orang yang positif dibanding jumlah spesimen yang diambil hari itu meliputi PCR, TSM dan Antigen karena akan dipakai hanya untuk melihat trend dari RPS.

Dari table diatas terlihat bahwa RPS meningkat drastis dari angka terendah 7.27 persen di Bulan Mei menjadi 11.23 persen di Bulan Juni dan menjadi 19.13 persen pada tanggal 8 Juli. Sehingga setiap 10 orang yang diambil spesimennya dua orang diantaranya adalah positif. Angka tersebut tentu akan jauh lebih tinggi jika test antigen tidak dihitung dan lebih tinggi lagi jika berdasar jumlah orang yang diperiksa

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penularan semakin tinggi setelah Lebaran pada media Mei. Tindakan PPKM Darurat adalah hal yang seharusnya bahkan dapat disebut terlambat karena seharusnya sudah dimulai sejak awal Juni 2021. Perhitungan angka penularan yang lebih akurat menggunakan angka Rt dan Ro, namun angka ini tidak pernah dipublikasikan pemerintah ke publik.

C. SPESIMEN SUDAH MENINGKAT TERUS AKAN TETAPI MASIH JAUH DARI RATA-RATA NEGARA LAIN

Dari Tabel #1 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan pengambilan spesimen dengan jumlah yang cukup signifikan, dari rata-rata hanya 66.000 per hari di Bulan Mei menjadi 105.000 di bulan Juni dan telah diambil spesimen 200.000 lebih pada tanggal 8 Juli 2021.

1. Jumlah spesimen mingguan/harian sudah di atas standar WHO

Standar WHO untuk pengambilan spesimen adalah seribu spesimen per satu juta penduduk dalam seminggu. Jadi untuk Indonesia standar spesimen yang harus diambil adalah 270.000 seminggu atau 38.500 per hari. Sehingga angka pengambilan spesimen saat ini sebenarnya sudah jauh di atas standar WHO (lebih 200.000 pada tanggal 8 Juli 2021). Namun demikian disbanding negara lain Indonesia masih sangat sedikiit dalam pengambilan spesimen, sebagaimana Tabel # 2 berikut:

Tabel # 2 Jumlah Spesimen yang telah diambil dari beberapa negara (Sumber: Worldometer)

2. Jumlah spesimen yang diambil Indonesia jauh di bawah negara lain

Berdasar Tabel #2 di atas jelas terlihat bahwa Indonesia masih sangat kecil di dalam pengambilan spesimen disbanding negara lain. Negara-negara seperti USA bahkan mengambil spesimen hampir dua kali dari jumlah penduduknya dan UK hampir empat kali jumlah penduduknya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa negara-negara ini menghitung spesimen berdasar jumlah spesimen bukan berdasar orang. Tidak diketahui apakah termasuk test di luar PCR dan TSM. Standar Test seribu per satu juta penduduk per minggu sesuai standar WHO sudah sangat jauh dilampaui

Bahkan dibanding negara tetangga seperti India, Malaysia dan Filipina dengan telah memperhatikan jumlah penduduknya, Indonesia melakukan test yang paling sedikit.

D. KESIMPULAN

  • Angka positif harian dan angka PSR yang dari awal tahun 2021 sudah menurun sejak awal Juni mengalami kenaikan yang tinggi sehingga dapat disebut Indonesia memasuki Gelombang Dua Pandemi Covid-19
  • Kenaikan angka positif harian bukan hanya disebabkan kenaikan jumlah spesimen namun juga karena kenaikan persentase angka positif (Rasio Positif dengan Spesimen- RPS) atau angka penularan yang tinggi (ukuran penularan Rt dan Ro sebenarnya lebih baik, akan tetapi pemerintah tidak mempublikasikan angka ini)
  • Jumlah spesimen harian yang diambil memang telah melampaui standar WHO namun masih sangat kecil dibanding negara lain

E. REKOMENDASI

  • Untuk mengendalikan laju penularan mutlak diperlukan peningkatan pengambilan spesimen sebagaimana negara-negara lain. Temuan angka positif yang besar karena spesimen yang banyak tidak perlu dirisaukan karena dengan identifikasi orang positif dapat diisolasi untuk menghentikan laju penularan
  • Menentukan standar perhitungan positivity rate sehingga angka pada publik tidak berbeda-beda tergantung dari sudut mana akan dilihat. Setelah standar ditetapkan dan dilaksanakan konsiten maka trend dari pandemic Covid-19 dapat terlihat lebih jelas dan kebijakan public yang akan diambil lebih terukur
  • Publikasi angka penularan berdasar Rt dan Ro karena angka itu merupakan kriiteria yang terbaik untuk mengetahui laju penularan sehingga menjadi dasar menentukan langkah berikutnya

 

Jakarta, 9 Juli 2021

 

Leave a Comment