WHOOSH, TINGGAL MAU DILETAKKAN DIMANA METERANNYA

WHOOSH, TINGGAL MAU DILETAKKAN DIMANA METERANNYA

5/5 - (1 vote)

Seri Kebijakan Publik

“WHOOSH, TINGGAL MAU DILETAKKAN DIMANA METERANNYA”

Oleh: Edie Haryoto,

PH&H, Public Policy Interest Group

PENDAHULUAN

            Beberapa pekan ini ramai dan heboh pembahasan tentang Whoosh. Hutangnya dibayar Danantara atau APBN, bunganya hutangnya China lebih tinggi kenapa bukan Jepang yang dipilih, Jepang harus kontrak G to G dan China B to B kenapa ada jaminan pemerintah, operasi masih rugi atau tidak, kenapa ke Bandung. Di lain pihak menyatakan bahwa, Kereta Kecepatan Tinggi (KKT) harus dilihat jangka panjang, dilihat bukan hanya Jakarta-Bandung tetapi akan menjadi Jakarta-Surabaya, untuk mengalihkan moda dari pesawat terbang ke KKT, guna mengembangkan wilayah dan sebagainya. Praktis semua aspek dibahas dan diperdebatkan Dan semua hanya melihat satu aspek menurut pandangannya dan dipertahankan mati-matian dengan menyalahkan pandangan yang melihat dari aspek yang lain. Masing-masing pandangan meletakkan meterannya di satu sisi saja tak peduli orang lain meletakkan meterannya dimana. Sebenarnya hal demikian juga biasa saja terlebih zaman medsos seperti sekarang, yang memunculkan banyak orang mendadak menjadi “ahli”, dengan pandangan yang biasa-biasa saja dan sibuk menyalahkan fihak lain.

            Tulisan ini akan mengulas meteran tersebut, diletakkan di kiri atau di kanan, tetapi akan memandu yang baik diletakkan dimana. Sementara yang tentang masalah GCG dan Hukum meteran diletakkan pastilah di tempat yang sama

MELETAKKAN METERAN DI KIRI ADALAH DARI PANDANGAN TEKNOKRATIK-FISKAL

            Fihak yang meletakkan meteran di kiri memandang Whoosh berfokus pada:  efisiensi, beban keuangan negara, dan cost–benefit analysis. Maka berakhir dengan pendapat seperti: “Belum layak secara finansial.” “Penumpang belum sesuai target.” “Masih banyak kebutuhan publik lain” Pandangan lebih ditinjau dari frame ekonomis-fiskal. Pihak yang meletakkan meteran di kiri akan cenderung kritis terhadap keberlangsungan proyek KKT karena memerlukan dana besar dengan utang tinggi.

MELETAKKAN METERAN DI KANAN ADALAH PANDANGAN DARI PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG

            Fihak yang meletakkan meterannya di kanan berfokus pada: integrasi wilayah, kebanggaan dan simbol kemajuan teknologi, serta efek eksternal jangka panjang. Justifikasi yang dippakai adalah: “Ini investasi masa depan.”, “Teknologi lokal akan berkembang.” “Konektivitas adalah fondasi ekonomi modern.” Pandangan fihak ini berdasar frame strategis-pembangunan. Fihak yang meletakkan meteran di kanan ini cenderung mendukung keberlanjutan KKT

RUANG YANG TAK PERLU DIPERDEBATKAN, METERAN HARUS DI SANA,

            Isu tentang: Audit forensik independen & publikasi temuan; Transparansi kontrak (harga satuan, addendum, variasi pekerjaan); Mekanisme change control yang tercatat dan disetujui lintas Lembaga; Whistleblower channel yang dilindungi; Sanksi tegas: debarment, denda, claw-back, pidana bila terbukti; Realtime cost dashboard (capex/opex vs baseline) yang bisa diakses publik adalah isu-isu yang tidak perlu diperdebatkan. Kedua meteran harus terletak di sana

            Sedangkan isu tentang: Tujuan kebijakan (visi jangka panjang vs efisiensi jangka pendek); Prioritas rute, integrasi moda, skema tarif, pembagian risiko; Model pembiayaan & subsidi (infrastruktur vs tiket); Target dampak wilayah & lingkungan. Adalah isu yang justru harus diperdebatkan dan dicari jalan keluarnya. Karena pada isu inilah kedua meteran dapat saling didekatkan

BENCHMARK DENGAN NEGARA LAIN

            Untuk mempermudah mendekatkan meteran kiri dan meteran kanan adalah bagaimana Kebijakan Publik negara lain dalam membangun Whoosh? Kita memperbandingkan saja dengan: Jepang (Shinkansen), Eropa (TGV, ICE, AVE, Eurostar, Thalys) serta Tiongkok (HSR) yang KKT nya telah beroperasi lama dan mapan. Perbandingan adalah sebagimana dalam Tabel berikut :

Dari Tabel tersebut secara sangat garis besar dapat disimpulkan bahwa :

  • Indonesia masih pada tahap awal kebijakan sekarang ini, yakni: masih fokus pada proyek, belum ekosistem KKT secara komprehensif.
  • Jepang lebih menekankan kejelasan regulasi dan integrasi wilayah.
  • Eropa fokus pada nilai publik, antara lain: emisi & aksesibilitas, dan tentu  kecepatan mobilitas
  • Cina terlihat sebagai membangun dalam skala besar dan mengambil risiko finansial tinggi

APA YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN

BAGAIMANA MELETAKKAN METERAN YANG BENAR DARI SISI KEBIJAKAN PUBLIK

            Bagaimanapun ceritanya Isu Strategis Whoosh harus diselesaikan. Dari sisi Kebijakan Publik, Tinjauan Disarankan Dari Tiga Pilar, yakni: Visi, Sistem dan Leadership,

VISI

Pembahasan Visi tentang Whoosh adalah tinjauan dari:

  • Menetapkan arah strategis jangka panjang proyek Whoosh sebagai tulang punggung mobilitas nasional.
  • Visi bukan hanya kecepatan, tetapi integrasi dan manfaat publik yang luas: konektivitas wilayah, ekonomi, dan sosial dan yang terpenting dalam kerangka Sistem Transportasi Nasional (Sistranas)
  • Perlu konsistensi antara visi teknokratik (mobilitas dan efisiensi) dan visi sosial (keadilan akses dan keberlanjutan).
  • Mewujudkan Visi menjadi Road Map konkret 10–20 tahun ke depan (ridership, TOD, konektivitas antarmoda dsb).

SISTEM

Diperlukan Sistem kebijakan publik yang kuat agar proyek tidak tergantung pada figur politik

  • Governance Framework: kejelasan peran pemerintah/APBN, Danantara, dan swasta termasuk penyelesaian Hutang
  •  Integrasi Moda: penghubung dengan LRT, MRT, bus, dan transportasi local dan juga predatory effect dengan pesawat terbang
  • Pembiayaan Berkelanjutan: skema risiko, subsidi, dan revenue mix yang jelas.
  • Sistem Evaluasi: audit publik, transparansi data, dan umpan balik kebijakan.

Tujuan dari Sistem ini adalah: membangun sistem yang resilien, bukan sekadar untuk menyelesaikan proyek besar

 LEADERSHIP Kepemimpinan Publik menjadi salah satu kunci keberhasilan penyelesaian dan kelanjutan Whoosh ini, Diperlukan Kepemimpinan publik yang kuat agar menjadi kunci untuk menjaga konsistensi kebijakan. Leadership kuat akan menjamin proyek tetap berjalan meski konteks politik berubah. Bentuk Leadership yang dibutuhkan adalah :

  • Kepemimpinan Institusional: koordinasi lintas Kementerian, pemerintah China, pemerintah daerah dan swasta
  •  Kepemimpinan Politik: komunikasi publik yang transparan dan menghindari   politisasi proyek.
  •  Kepemimpinan Teknis: memastikan keputusan berbasis data dan evidence-based policy.

OPINI PH&H

Perdebatan tentang Whoosh untuk memperkaya pemikiran, menambah masukan dari berbagai sisi dan berbagai kepentingan. Namun demikian tahap berikutnya adalah persoalan Whoosh harus diselesaikan dengan terukur, hasil optimal, resiko minimal dan dengan agenda setting yang baik sehingga mendapat dukungan semua pihak termasuk dukungan publik. Visi yang jelas, Sistem yang teratur, terukur dan terjamin serta Leadership yang kuat akan menyelesaikan isu Whoosh dan tindak lanjutnya

Jakarta, 27 Oktober 2025

TAQ : 

crossmenu